Mencoba SELIS, Sepeda Listrik Buatan Anak Negeri

Mungkin saat ini sedang ada “ketegangan” antara Garasindo selaku pihak yang memasarkan sepeda motor listrik Gesit dengan AISI selaku Asosiasi yang membawahi industri roda dua “konvensional” di tanah air. Garasindo meradang karena AISI dianggap memihak para produsen motor konvensional dan tidak mendukung teknologi masa depan yang ramah lingkungan dengan menyebutkan bahwa motor listrik tidak cocok di tanah air. Nah loh…

Eitsss… disini saya tidak akan membahas masalah tersebut. Justru saya akan sedikit berbagi pengalaman sehari saat menggunakan sepeda listrik buatan anak negeri, SELIS. SELIS  diproduksi oleh PT. Juara Bike yang telah berdiri sejak tahun 2011 an telah memproduksi lebih dari 34 varian kendaraan listrik mulai dari Sepeda, Motor, Segway, dll. SELIS sendiri merupakan singkatan dari Sepeda Listrik.

SELIS - Sepeda Listrik

SELIS – Sepeda Listrik

Saya menggunakan SELIS ketika mudik ke Jogja bulan lalu. Saat itu, kebetulan Mbokdhe saya yang biasanya jualan di Pasar Kutu, Sleman sedang tidak berjualan. Mbokdhe saya memang biasanya menggunakan SELIS untuk pergi dan pulang ke pasar sejauh kurang lebih 30 km PP. Mau pakai kendaraan umum tidak ada, pakai motor tidak bisa karena sudah termasuk sepuh, sekitar 70an tahun. Sebagaimana kebiasaan orang “jaman dulu” yang tidak mau nganggur di rumah, Mbokdhe memang memilih tetap jualan di usianya yang sudah sepuh. Anaknya dengan “terpaksa” membelikan SELIS ini untuk transportasinya. Selain mirip dengan sepeda, SELIS hanya butuh dicharge untuk dipakai dan tidak perlu capek-capek ngengkol, kecuali kalau habis baterainya 🙂

Mau tahu rute perjalanan Mbokdhe saya setiap harinya? Inilah peta perjalan Mbokdhe PP setiap harinya… sangat jauh untuk seusia beliau! 

Rumah - Jalan Magelang Jogja

Rumah – Jalan Magelang Jogja

Selis yang saya coba merupakan Selis type Go Green 48. Tipe ini sanggup menempuh jarak maksimal 45 km sesuai dengan data di website Selis. Kalau menurut Mbokdhe, setiap sampai di pasar Selis harus di-charge agar bisa dibawa kembali ke rumah tanpa harus mengayuh. Ya, Selis mempunyai pedal yang bisa dikayuh saat kehabisan baterai walaupun lumayan agak berat.

Secara desain, Selis mirip banget dengan sepeda kebanyakan. Yang cukup mencolok dan membedakan dengan sepeda konvensional hanyalah aki cukup besar yang berada di tengah-tengah. Untuk mengecharge baterai ini, butuh waktu sekitar 3 jam dari 0% hingga 100 %, cukup cepat.

Jalan-jalan di sawah bertiga

Jalan-jalan di sawah bertiga – Jangan tanya siapa yang ambil foto

Panel meter Selis sangat sederhana, hanya terdapat indikator baterai yang terdiri dari 4 buah LED, masing-masing sebagai indikator baterai 10%, 30%, 60% dan 100%. Kemudian juga ada 2 buah LED, yaitu Low Voltage dan Power. LED Power akan menyala saat kunci kontak dinyalakan, sementara Low Voltage, saya masih belum tahu fungsinya :mrgreen:

Panel Meter Selis

Panel Meter Selis – sangat simple

Oh ya, lampu utama Selis sudah menggunakan LED super terang, cukup membantu saat dipakai di malam hari.

Lampu LED Selis

Lampu LED Selis

Kemudian di bagian setang kiri dan kanan masing-masing ada 1 buah tombol. Tombol di setang kiri sebagai tombol klakson, sementara tombol di sebelah kanan sebagai power assist, kalau tidak salah untuk akselerasi maksimal, misalnya saat akan mendahului.

Tombol Klakson

Tombol Klakson

Tombol Power Assist

Tombol Power Assist

Agar lebih jelas, saya sertakan penjelasan dari masing-masing part yang ada di Selis, saya ambil dari rukorumahtinggal.com.

Penjelaan Part-part Selis

Penjelaan Part-part Selis

Tidak banyak yang bisa saya coba karena saya tidak berani membawa Selis jauh-jauh, takut kehabisan baterai… maklum sudah tahunan tidak gowes 😀

Namun, yang jelas Selis sangat ringan, lincah dan kuat. Kuat dalam artian kalau saya naikin berboncengan dengan istri dan anak saya, masih mampu diajak jalan-jalan keliling sawah yang total jaraknya sekitar 3 km tanpa kehabisan baterai. Dari full charged 100% tinggal 60% saja di indikatornya. Ini boncengan bertiga lho ya…

Plus

  1. Ringan, lincah dan kencang
  2. Irit baik tenaga mauun biaya
  3. Kuat untuk boncengan
  4. Punya 3 riding mode :
    • Mode Full Manual: seperti halnya naik sepeda. Kunci kontak OFF dan kayuh Selis menggunakan kaki 🙂
    • Mode Hybrid: berkendara dengan bantuan motor elektrik, jadi mengayuh sampil memutar gas sehingga kayuhan akan terasa sangat ringan, namun sepeda dapat melaju dengan kencang.
    • Mode Full Electric: kaki diam pada pijakan dan putar gas. Selis akan meluncur sesuai dengan besarnya gas yang kita putar. Dijamin kaki tidak akan pegel 🙂

Minus

  1. Shock keras dan rem agak kurang pakem
  2. Tidak bersuara saat beroperasi/senyap, menurut saya ini agak berbahaya. Mendingan dikasih sedikit suara saat beroperasi agar bisa diketahui pengguna jalan lain
  3. Tidak ada pengaman gas, seperti side stand switch (SSS) atau tuas Netral – Gigi Masuk. Maksud saya, begitu kunci kontak ON, Selis bisa lari kapan saja saat gas diputar. Agak berbahaya saat membonceng anak kecil di depan, mirip seperti motor metik tnap SSS.

Namun, dibalik semua kelebihan maupun kekurangannya, saya sangat senang bisa mencicipi sepeda listrik Selis. Disaat pabrikan besar masih berlomba-lomba mengeluarkan motor konvensional, Selis berani berjuang sendirian memproduksi dan memasarkan sepeda (dan motor listrik).

 

Related Post

9 comments on “Mencoba SELIS, Sepeda Listrik Buatan Anak Negeri

Monggo, silakan dikomeng atau dicaci maki...gratis ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.